Bahasa Indonesia

Kekuasaan Dunia, Minyak dan Emas

Mengapa NATO dalam perang dengan Yugoslavia?

Sejak tanggal 24 Maret 1999, kekuatan-kekuatan militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dipimpin oleh Amerika Serikat, telah menjadikan Yugoslavia sebagai sasaran dari sebuah pemboman yang menghancurkan. Menerbangkan lebih dari 15.000 misi pengeboman, NATO telah membom rata kota-kota dan desa-desa Yugoslavia, menghantam pabrik-pabrik, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan-jembatan, depot-depot minyak dan kantor-kantor pemerintah. Ribuan orang telah tewas dan terlukai, termasuk penumpang-penumpang kereta api dan bus, dan pekerja-pekerja di stasiun pemancar televisi dan stasiun-statiun pemancar ulang. Perumahan penduduk sipil baik di Sebia dan Kosovo telah dihantam.

Sangatlah sedikit yang telah diucapkan oleh orang-orang yang merencanakan dan memulai perang ini tentang akibat-akibat jangka panjangnya untuk Yugoslavia, semua daerah Balkan dan Eropa Timur secara keseluruhan. Banyak dari infrastruktur industri dan sosial yang dikembangkan oleh Yugoslavia sejak akhir Perang Dunia Kedua tergeletak dalam kehancuran. Sungai Danube, sebuah garis hidup ekonomi yang penting untuk sebagian besar Eropa Tengah, tidak dapat dilalui. Di Serbia, kebutuhan-kebutuhan utama dari peradaban modern-listrik, air, sanitasi-telah berulang kali diserang. Seperti di Irak, dimensi menyeluruh dari pembinasaan yang disebarkan oleh bom-bom Amerika, Inggris dan Perancis hanya akan menjadi jelas ketika perang ini berakhir dan berita-berita mulai bocor tentang angka kematian yang tidak normal, terutama di antara anak-anak muda.

Tuntutan pemusnahan terhadap suatu golongan bangsa

Serangan pada Yugoslavia telah dibenarkan oleh NATO dan media massa sebagai sebuah usaha berperikemanusian untuk menghentikan penindasan kaum Albania etnis-etnis di Kosovo. Sifat canggung dan sinis dari kampanye propaganda yang menyertai pemboman ini dengan caranya sendiri mencerminkan kontradiksi-kontradiksi yang menyolok dalam alasan NATO untuk perang ini. Penggambaran Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic sebagai setan, tuntutan-tuntutan yang tidak berdasar dan bersimpang-siur atas pembunuhan massal oleh orang Serbia dan kematian orang-orang Albania Kosova, tuntutan yang tanpa henti atas terjadinya “pemusnahan terhadap suatu golongan bangsa,” dan pemancaran berulang gambar-gambar televisi dari pengungsi-pengungsi yang menderita dirancang lebih untuk melemahkan, membiasakan dan menakuti-nakuti umum dari pada untuk menyakinkan melalui pemaksaan argumen. “Penolakan NATO berarti dukungan untuk pengusiran paksa dan pembunuhan massal orang-orang Albania!” para politisi dan ahli media mengumumkan.

Dalam menggerakkan opini umum untuk mendukung pemboman Irak, pemerintahan Clinton mengulangi tanpa henti istilah “senjata pembinasaan massa.” Hanya dengan menggempur Irak dari hari ke hari, pemerintahan Clinton mengumumkan, bahwa dunia dapat diselamatkan dari gudang senjata gas-gas beracun, kuman penyakit dan bahan-bahan kimia Saddam Hussein yang tak tampak. Dalam perang melawan Yugoslavia, “senjata pembinasaan massa” telah digantikan dengan mantera lebih kuat dan yang menuntut jawaban langsung-yaitu “Pemurnian Etnis.” Tujuan utama dari istilah ini adalah untuk membawa kembali gambaran Jerman Nazi. “Pemurnian Etnis” di Kosovo, menurut NATO, adalah versi dari Holocaust (pembasmian keji orang Yahudi oleh Jerman Nazi) di tahun 1990an.

Perbandingan ini sangatlah menyesatkan dari tidak benar menurut sejarah sampai-sampai terasa menjijikan. Holocaust terdiri dari pengumpulan jutaan orang-orang Yahudi dari seluruh daerah pendudukan Nazi dan negara-negara Eropa yang berada dalam kontrolnya dan pengiriman mereka ke kamp-kamp konsentrasi yang mana pada hakekatnya merupakan pabrik-pabrik pembunuhan massal.

Enam juta orang-orang Yahudi yang tidak berdaya telah dibunuh oleh para Nazi. Ini dibandingkan dengan sebuah perkiraan dua ribu orang yang tewas di Kosovo setahun lalu. (Tuntutan yang terbaru bahwa 250.000 lelaki Albania telah terbunuh, itu harus ditambahkan, adalah pemalsuan-pemalsuan yang bersifat merusak, yang telah dibantah oleh saksi-saksi mata dari koran Barat.)

Meskipun jika jumlah keseluruhan terbunuh di Kosovo telah dilipatkan dua kali, jumlah kematian itu masihlah lebih kecil, meskipun dengan penyesuaian perbedaan di populasi, daripada di konflik-konflik yang dapat dipersamakan di seluruh dunia (sebagai contohnya, Sri Lanka atau Turki). Perbandingan ini bukan sebuah argumen untuk ketidakperdulian terhadap penderitaan yang terjadi di Kosovo. Tetapi hal itu menunjukkan sifat menyesatkan dari tuntutan-tuntutan yang telah digunakan oleh NATO untuk membenarkan pemboman Yugoslavia secara besar-besaran.

Sebuah hal yang lebih lanjut tentang hubungan dari kekejaman di Kosovo harus dibuat. Kekejaman itu mulai di tahun 1998 dengan pecahnya perang saudara antara kaum nasionalis Albania dan kaum seperatis Tentara Pembebasan Kosovo (KLA) dan pemerintah Yugoslavia, yang berusaha untuk mempertahankan kontrol pada provinsi itu.

Internasional Komite dari Internasional Keempat, penerbit World Socialist Web Site, menolak semua bentuk sovinisme nasional. Kami tidaklah membela kepentingan nasionalisme reaksioner rejim Belgrade. Tetapi hal itu adalah pemalsuan yang menyolok dari realitas politik untuk mengatakan bahwa tahun kekejaman sektarian yang mendahului serangan NATO adalah semata-mata hasil perbuatan Serbia. KLA-dibiayai dengan uang dari penjualan candu dan menikmati dukungan di belakang layar dari penasihat-penasihat Badan Intelijens Pusat AS (CIA) mengadakan kampanye terornya sendiri terhadap rakyat sipil Serbia.

Tingkat kemunafikan yang tidak kecil terlibat dalam sikap NATO sebagai pembela minoritas Albania etnis dari penindasan Serbia. Ingatlah negara-negara anggota NATO yang telah menjalankan kampanye “pemurnian etnis” yang jauh lebih luas.

Dua ratus ribu orang Serbia telah diusir dari Kroasia di tahun 1995 dengan dukungan AS. (Kroasia sejak itu telah menjadi sekutu AS dan salah satu “negara garis depan” NATO dalam perang melawan Serbia.) Selama 15 tahun lalu, lebih dari 1 juta orang Kurdi telah diusir dari desa-desa mereka di Turki, dengan bantuan dari AS, termasuk peralatan militer milik Amerika. Sementara itu Turki, tetap memegang keanggotaannya dalam NATO dan mengambil bagian dalam pemboman Yugoslavia.

Dalam hukuman yang dibebankan pada populasi Albania mereka, Serbia berada jauh di belakang kebiadaban yang dilakukan oleh orang-orang Perancis pada Algeria atau Amerika Serikat pada Vietnam.

Jika kondisi-kondisi politik mendiktekan, media AS mungkin dapat menggambarkan penindasan Israel atas intifadah di tahun 1987-91, atau pembunuhan-pembunuhan massal di Beirut pada tahun 1982 di bawah pimpinan negara Israel, dalam kata-kata yang sama dengan peristiwa-peristiwa tahun lalu di Kosovo.

Dalam menilai klaim dari “pemurnian etnis,” harus juga diingatkan bahwa kekuatan-kekuatan besar dunia telah, pada lebih dari satu kesempatan, menggunakan perselisihan etnis sebagai sebuah alasan untuk percampuran tangan imperialis, menyiapkan panggung untuk bencana. Marilah kita ingat bahwa salah satu saat-saat yang mengerikan dari abad kedua puluh terjadi di tahun 1947 ketika Inggris, menggunakan perselisihan antara orang-orang Hindu dan Islam di India, mengatur untuk pendirian negara terpisah Pakistan. Kekejaman yang mengikuti pemisahan itu menuntut 1 juta jiwa dan menciptakan 12 juta pengungsi.

Seperti itu di Yugoslavia, percampuran tangan imperialis telah menghasilkan akibat objektif yang memperhebat skala kekerasan komunal dan bertambahnya kemungkinan bahwa hal itu akan ke negara-negara tetangga.

Pengungsian massal dari Kosovo: siapa yang bertanggung jawab?

Nato sekarang berkata bahwa sebuah tujuan utama dari perangnya adalah untuk mengembalikan kira-kira 800.000 pengungsi Albania etnis ke rumah-rumah mereka di Kosovo. Di sini sinisme mencapai tingkat baru.

Sebuah peninjauan yang jujur dari urutan peristiwa yang menuju ke kriris pengungsi membantah tuntutan NATO. Pengungsian massal dimulai setelah, bukan sebelum, 24 Maret. Pidato Clinton hari itu, di mana ia memberikan alasan resmi untuk perang ini, berbicara hampir secara keseluruhan tentang pencegahan sebuah pengungsian massal. Ia menunjukkan, pada kenyataanya, kepada bahaya bahwa tanpa sebuah serangan NATO, jumlah dari populasi pengungsi yang ada mungkin akan membengkak ke “puluhan ribu.”

Apa yang sebenarnya terjadi? Pemboman itu menghancurkan tidak sedikit dari Kosovo dan menakutkan penduduknya, menimbulkan sebuah pembaharuan pertempuran antara kekuatan militer Beograd dan KLA. Tidaklah puluhan melainkan ratusan ribu telah dijadikan pengungsi.

Tidak semua akibat-akibat ini tak disengajakan. Kekuatan-kekuatan NATO telah mengharapkan bahwa penyerbuan udara akan memberikan kesempatan bagi KLA untuk mengusir kekuatan militer Serbia, seperti serangan-serangan udara tahun 1995 di Bosnia yang membantu kekuatan-kekuatan Kroasia dan Muslim untuk menyerang dan mengusir orang-orang Serbia.

Sedangkan untuk pengungsi-pengungsi mereka sendiri, mereka telah digunakan secara sinis. Segera sesudah orang-orang Albania Kosovo terlantar setelah pemboman, NATO menggunakan keadaan mereka untuk membangun dukungan umum untuk perang ini, sementara menyediakan hanya bantuan-bantuan minimal untuk kamp-kamp sementara mereka, di mana kondisi-kondisi telah menjadi sangat menjijikkan sampai-sampai menimbulkan kerusuhan. Biarpun demikian hanya sebuah jumlah kecil dari pengungsi-pengungsi itu yang telah diterima ke dalam negara-negara Barat.

Beberapa pemimpin militer NATO telah mengakui-biarpun pernyataan-pernyataan mereka telah sebagian besar tak diberitakan-bahwa pengosongan penduduk Kosovo telah menguntungkan mereka, membebaskan tangan mereka untuk memulai pemboman pembersihan dan menyiapkan untuk sebuah invasi darat provinsi itu.

Dalam perihal pengembalian pengungsi-pengungsi itu, pertanyaan logis untuk ditanyakan adalah: Kembali ke apa? Bagian mana dari rumah-rumah di Kosovo, tempat-tempat kerja, jalan-jalan, jembatan-jembatan dan saluran-saluran air yang belum dibom oleh NATO?

Fungsi politis propaganda

“Tujuan propagandis” tulis Aldous Huxley di tahun 1937, “untuk membuat segolongan bangsa lupa bahwa bangsa tertentu lainnya adalah manusia.” Dalam perang saat ini, penjadian setan orang-orang Serbia telah diperlukan untuk skala kekejaman NATO terhadap rakyat Yugoslavia.

Pada permulaan musim panas, pembunuhan-pembunuhan oleh NATO akan melampaui pembunuhan oleh pemerintah Serbia dan KLA yang mendahului percampuran tangan persekutuan itu di Kosovo. Sebelum 24 Maret, hampir semua perkiraan menafsirkan jumlah keseluruhan tewas di Kosovo pada sekitar 2.000 dalam waktu satu tahun dari perang saudara. Sejak 24 Maret, jumlah orang-orang Serbia dan Albania etnis yang terbunuh oleh NATO adalah lebih dari 1.000.

NATO, secara pasti, hanya membuat "kesalahan" bilamana Serbia menjalankan "kekejaman." Berbicara secara umum, setiap tuntutan baru NATO akan perampokan dan pembunuhan oleh orang Serbia mengikuti secara cepat bukti terbaru kematian-kematian rakyat sipil karena bom-bom NATO. Pada setiap kesan bahwa obat NATO lebih buruk daripada penyakitnya juru bicara sekutu menjadi lebih nyaring. "Apakah musuh yang sesungguhnya telah dilupaka?"

Sebuah pertanyaan yang menarik. Sepertinya kategori "musuh" secara cepat berkembang dalam artinya. Semulanya, kematian-kematian dan penderitaan orang Albania dinyatakan semata-mata sebagai perbuatan dari rejim Milosevic. Tetapi, pada hari belakangan ini, jenis yang lebih beracun telah timbul dalam perang propaganda ini: semua penduduk Serbia bersalah.

Menurut alasan yang baru, rakyat Serbia telah dikorupsi, secara organik tidak perduli kepada kesengsaraan orang-orang Albania Kosovo, dan terpenuhi oleh perasaan pengorbanan yang hampir tidak dapat dimengerti. Menurut para propagandis NATO, obat untuk penyakit ini adalah sebuah invasi darat, penguasaan Beograd dan sebuah pendudukan yang jangka panjang. Hal ini digambarkan, membangkitkan terminologi dari kolonialisme abad kesembilan belas, sebagai sebuah misi "pemberadaban."

Sebuah perang imperialis

Propaganda membutuhkan penyerderhanaan. Itu menuntut agar kerumitan dari konflik-konflik besar politik disorong kesamping dan opini publik dihadapi dengan sebuah pertanyaan membingungkan yang hanya memperbolehkan satu jawaban. Dalam perang saat ini, pertanyaan itu adalah: "Tidakkah pemurnian etnis harus diberhentikan?"

Penyerdehanaan ini mengizinkan media untuk menggambarkan Yugoslavia bukannya NATO sebagai penyerang. Persekutuan itu, dalam sebuah pemutar-balikan kenyataan sepenuhnya, digambarkan sebagai melakukan perang yang pada hakekatnya adalah sebuah perang pertahanan atas nama orang-orang Albania Kosovo.

Untuk menentukan tabiat dari sebuah perang tertentu, watak progresif atau reaksionernya, itu membutuhkan bukannya penyelidikan yang bersifat pemilih akan kekejamannya, yang dapat ditemukan dalam semua perang, tetapi lebih sebuah analisa dari struktur-struktur kelas, dasar-dasar ekonomi dan fungsi-fungsi internasional negara-negara yang terlibat. Dari titik pandangan yang menentukan ini perang NATO pada saat ini adalah sebuah perang agresi imperialis terhadap Yugoslavia.

Negara-negara besar AS dan Eropa yang membentuk pusat NATO berisi kekuatan-kekuatan kapitalis paling maju di dunia. Di dalam setiap negara-negara ini, politik negara memperlihatkan kepentingan kapital keuangan, berdasarkan pada perusahaan-perusahaan transnasional dan lembaga-lembaga keuangan. Berlanjutnya kehidupan kelas penguasa di negara-negara ini berhubungan dengan perluasan kapitalisme di seluruh dunia.

Sebagai sebuah istilah yang ilmiah, imperialisme menandakan sebuah tingkat perkembangan bersejarah tertentu dari kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi dunia. Itu merupakan kecenderungan objektif dalam kapitalisme pada saat perkembangannya menuju ke akhir abad kesembilan belas dan ke dalam abad kedua puluh. Yang terpenting dari hal-hal ini adalah: penindasan persaingan bebas oleh tumbuhnya monopoli-monopoli bisnis yang besar; bertambahnya dominasi badan-badan perbankan raksasa (kapital keuangan) atas pasar dunia; kecenderungan dari kapital monopoli dan keuangan di negara-negara di mana kapitalisme telah berkembang paling kuat (Eropa, Amerika Utara, Jepang) untuk membentang di luar perbatasan negara dan membuka jalan ke pasar-pasar, bahan-bahan mentah dan sumber tenaga kerja baru di seluruh dunia.

Imperialisme menikmati sebuah hubungan yang bersifat parasitis dan menjarah terhadap negara-negara berkembang. Melalui kedudukannya sebagai penguasa keuangan, menggunakan badan-badan keuangan raksasa sebagai alat seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, imperialisme berada dalam posisi untuk mendikte politik mereka kepada negara-negara yang lebih kecil yang tergantung pada kredit mereka. Melalui dominasi mereka atas pasar dunia, kekuatan-kekuatan imperialis merendahkan harga-harga untuk bahan-bahan mentah dan membuat negara-negara yang lebih kecil tetap dalam kemiskinan. Semakin banyak negara-negara ini meminjam, semakin mereka menjadi miskin dan tergantung.

Pada akhirnya, yang bergantung di atas negara-negara lebih lemah ini adalah ancaman yang selalu ada dari pemboman militer. Apakah mereka akan dipuja sebagai "demokrasi-demokrasi yang muncul" atau dijadikan setan seperti "negara-negara bajingan" tergantung, dalam analisa akhir, pada dimana mereka tertempatkan dalam rencana strategis imperialisme dunia. Demikianlah Irak, didukung oleh AS dalam perangnya melawan Iran selama tahun 1980an, telah menjadi objek serangan ketika ia tidaklah lagi sesuai dengan rencana-rencana untuk memperkuat pegangan Amerika atas sumber-sumber minyak Timur Tengah.

Hal yang sama adalah benar atas Serbia. Di tahun 1980an Washington melihat ke Slobodan Milosevic dengan kemurahan hati selama ia memulai kebijaksanaan-kebijaksanaan pasar dan memindah industri-industri negara di Yugoslavia ke tangan swasta. Di tahun 1990an peraturan permainan telah berubah dan Serbia menjadi sebuah duri di sisi kepentingan-kepentingan imperialis. Milosevic menjadi satu dengan Saddam Hussein dalam daftar "yang paling diinginkan" mereka. Pertimbangan imperialisme pada setiap negara atau pemimpin dapat berubah dengan tiba-tiba karena, sebagai Perdana Menteri Palmerston katakan tentang Kerajaan Inggris, ia (kerajaan Inggris) tidak mempunyai teman tetap, ataupun musuh tetap, hanya kepentingan-kepentingan tetap.

Yugoslavia bukanlah sebuah kekuatan imperialis tetapi hanya sebuah negara yang secara relatif masih terbelakang yang telah diperkecil setelah perpisahan dari empat bekas republiknya pada tahun 1990an. Secara pasti, fungsi Milosevic dalam proses ini pada secara keseluruhan adalah reaksioner. Penggunaan nasionalisme Serbia olehnya hampir tidak dapat melawan politik patriotisme Tudjman di Kroasia, Izetbegovic di Bosnia, dan Kucan di Slovenia. Tetapi Milosevic bukanlah pemulai dari proses ini. Melainkan, ia menyesuaikan dirinya sendiri-seperti banyak bekas orang-orang Stalinis yang tak berprinsip di Eropa Timur lainnya-ke kecenderungan-kecenderungan sosial sentrifugal yang dihasilkan oleh pendirian kembali ekonomi-ekonomi pasar.

Di sini kekuatan-kekuatan imperialis memainkan sebuah fungsi pokok, menuntut penghancuran industri-industri milik negara dan pemaksaan peraturan-peraturan pengetatan ikat pinggang yang memperburuk ketegangan-ketegangan etnis yang sedang mendidih. Tekanan ekonomi yang dipaksakan atas Yugoslavia meletakkan dasar-dasar objektif untuk perpecahan persatuan negara Balkan itu. Mulai dari tahun 1991, perpecahan Yugoslavia telah dijamin oleh percampuran tangan politik negara-negara besar. Meskipun diramalkan akan terjadi dengan kekerasan, perpecahan Yugoslavia itu disokong oleh Jerman, yang secara tiba-tiba mengakui kemerdekaan Kroasia dan Slovenia di tahun 1991, dan AS, yang secara lebih serampangan memberikan penyetujuannya untuk perpisahan Bosnia di tahun 1992.

Lebih dari itu, Yugoslavia, bukanlah sebuah negara kapitalis yang mempunyai status tinggi, meskipun hanya pada tingkat daerah. Yugoslavia tidak mempunyai kongsi-kongsi transnasional. Keuangan kapital Yugoslavia tidaklah memainkan fungsi yang berarti di luar perbatasan negara. Jika seseorang dapat berbicara tentang seorang burjuis Serbia, hanya sekaranglah mereka timbul dari golongan yang berada di sekitar Milosevic yang memperkaya diri mereka sendiri dengan mencuri kekayaan negara di proses pelucutan Yugoslavia.

Perbandingan antara Serbia dengan Jerman Nazi dan Milosevic dengan Hitler adalah sebuah kombinasi dari kebodohan dan kebohongan. Analisis politik menurut ilmu ilmiah tidak terdiri dari pelemparan nama-nama tambahan. Perubahan seorang kopral Austria dengan sebuah suara keras dan sebuah kumis Charlie Chaplin menjadi perwujudan golongan reaksioner dunia yang paling menakutkan tergantung atas syarat-syarat objektif tertentu-yaitu sumber-sumber penghasilan yang luar biasa dari industri Jerman. Hitler adalah pemimpin dari sebuah kekuatan imperialis ganas yang ingin menciptakan hegemoni kapitalisme Jerman di seluruh Eropa. Sebelum perang berdarah Hitler dihentikan, dominasi Jerman terbentang dari Selat Inggris ke Gunung-gunung Caucasus, memeluk Balkan termasuk Yugoslavia. Ambisi-ambisi militer Hitler mencerminkan selera ekonomi Siemens, Krupp, I.G. Farben, Daimler-Benz, Deutsche Bank dan kongsi-kongsi besar Jerman lainnya.

Jika bukan karena akibat menyedihkan yang berhubungan dengan kenyataan bersejarah yang telah diputar-balik ini, perbandingan Serbia dengan Jerman Nazi dan Milosevic dengan Hitler dapatlah ditertawakan. Serbia, nomor satu, tidak mencari tanah asing untuk dijajah, tetapi berusaha memegang ke daerah yang secara internasional diakui sebagai berada di dalam perbatasannya. Sedangkan Milosevic, pikiran pokok dari "Hitler" ini adalah untuk memegangi apapun yang ia dapat pegang dari sebuah sisa negara federasi yang perbatasannya telah bertambah kecil dari tahun ke tahun.

Untuk menyimpulkan: Perang ini adalah sebuah perang oleh sebuah koalisi dari negara-negara imperialis besar melawan sebuah negara kecil yang setengah terbelakang. Hal itu mempunyai sebuah sifat neo-kolonialis yang baru, menginjak-injak kedaulatan Yugoslavia. Tujuannya adalah semacam daerah yang akan berada di bawah perlindungan NATO di Kosovo, yang akan lebih menyerupai rejim NATO-IMF yang memerintah Bosnia.

Dibalik propaganda: mengapa perang ini diadakan?

Setelah semua pernyataan-pernyataan yang penuh kebohongan dari para juru bicara NATO pemalsuan-pemalsuan oleh media dikupas dari perang ini, apa yang tertinggal? Sebuah serangan terbuka oleh negara-negara imperialis terhadap sebuah federasi kecil, di mana sebab-sebab resmi yang diberikan untuk serangan keji ini berfungsi sebagai tabir-asap. Tanpa propaganda yang hingar-bingar itu, akan menjadi lebih sulit untuk mencegah rakyat umum mempertanyakan sebab-sebab sebenarnya negara-negara imperialis itu mengambil jalan pemboman-militer.

Pada pembukaan dari abad ini, Rosa Luxemburg menulis bahwa kapitalisme adalah mode produksi pertama yang mempunyai propaganda massa sebagai sebuah senjata yang dapat dipergunakannya. "Peri kemanusiaan" adalah pada waktu ia membuat komentar itu seperti sekarang, hanya sebuah tabir untuk mengambil dengan kekerasan apa saja yang diinginkan dari negara-negara yang lebih lemah. "Misi-misi peradaban" dari AS, Inggris, Perancis, Belgium dan Belanda bertujuan yang sebenarnya untuk mengamankan bahan-bahan mentah berharga, pasar-pasar dan kepentingan-kepentingan ilmu politik atas saingan-saingan berat mereka. Seperti itu, sekarang serangan terhadap Yugoslavia bertujuan untuk mengamankan kepentingan-kepentingan materiil negara-negara imperialis.

Pada permulaannya, negara-negara Barat sedang mendudukkan diri mereka sendiri untuk mempergunakan sumber-sumber cadangan mineral Kosovo yang berlimpah-limpah, termasuk simpanan besar dari timah hitam, seng, kadmium, perak dan emas. Kosovo juga diperkirakan mempunyai 17 milyar ton cadangan-cadangan batubara. Tetapi ini hanyalah "uang kembali kecil" dalam perhitungan-perhitungan imperialis. Keuntungan materiil segera yang mungkin dapat dirampok dari Kosovo kelihatan kecil jika dibandingkan dengan potensi kekayaan yang lebih besar di daerah-daerah yang lebih jauh ke timur di mana kekuatan-kekuatan NATO telah mempunyai kepentingan-kepentingan besar selama lima tahun lalu. Sangat mengherankan bahwa sangat sedikit perhatian telah diberikan kepada hubungan perang ini dengan ambisi-ambisi strategis dunia AS dan kekuatan-kekuatan NATO lainnya.

NATO dan keruntuhan dari Uni Sovyet

Seperti perkembangan imperialisme menyaksikan usaha-usaha negara-negara besar untuk membagi-bagi dunia pada akhir dari abad yang lalu, runtuhnya Uni Sovyet telah menciptakan sebuah vakum kekuatan di Eropa Timur, Rusia dan Asia Tengah yang membuat sebuah pembagian baru dunia tak dapat dihindarkan. Arti pokok dari Yugoslavia, pada titik waktu yang kritikal ini, yaitu ia terletak di perbatasan Barat sebuah daerah besar ke dalam mana kekuatan-kekuatan besar dunia bertujuan untuk memperluas kekuatan mereka. Tidaklah mungkin untuk AS, Jerman, Jepang, Perancis, Inggris dan kekuatan-kekuatan lainnya untuk hanya melihat secara pasif pembukaan dari daerah ini. Yang sedang terjadi adalah sebuah pergelutan untuk jalan masuk ke daerah itu dan kontrol atas bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan pasar-pasar yang akan sejauh ini akan membuat "perebutan untuk Afrika" dari abad lalu kelihatan remeh.

Proses ini menunjukkan kebutuhan-kebutuhan mendalam dari sistem profit. Hari ini perusahaan-perusahaan transnasional mengukur keberhasilan mereka dalam tingkat global. Tidak ada pasar di dunia yang dapat tidak dihiraukan oleh General Motors, Toyota, Lockheed Martin, Airbus ataupun Coca-Cola. Operasi-operasi besar ini bersaing antar-benua untuk memperoleh kekuasaan. Untuk mereka, penembusan dari seperenam dunia yang baru saja terbuka untuk eksploitasi kapitalis adalah sebuah masalah hidup mati.

Penggabungan daerah ini ke dalam sistem produksi dan pertukaran kapitalis dunia merupakan tugas penting yang dihadapi oleh kaum burjuis internasional sekarang. Itu merupakan hal yang penting untuk kehidupan kapitalisme ke dalam abad keduapuluh satu. Setiap orang hanya perlu bertanya: jika pada permulaan dari abad keduapuluh adalah perlu bagi kapitalisme untuk membagi-bagi dan mengorganisasi dunia, bagaimanakah dengan sekarang ini pada saat semua operasi-operasi korporasi besar bersifat global?

Amerika Serikat sedang mempergunakan pembukaan Uni Sovyet secara agresif. Hal ini dapat diterangkan sebagian oleh pembatasan bersejarah yang diletakkan oleh Uni Sovyet pada AS. Kapitalisme Amerika naik ke tahta keunggulan secara relatif terlambat, sepanjang Perang Dunia Pertama. Dalam tahun yang sama-1917-disaat AS memasuki perperangan, kemenangan Revolusi Oktober di Rusia menciptakan panggung untuk pendirian Uni Sovyet. Selama tujuh dasawarsa sebuah akibat objektif dari keberadaan Uni Sovyet adalah bahwa sebagian besar dunia telah ditutup untuk penggunaan langsung oleh kapitalisme AS.

Tuntutan kapital AS untuk mendapatkan kembali jalan masuk ke daerah ini, untuk menarik kembali apa yang telah hilang, adalah isi pokok dari politik perang dingin Washington. Pergerakkan untuk "penghentian perluasan komunis" jika dilucuti dari perlebihan dan kebohongannya, menunjukkan ambisi kejam bank-bank AS dan kekuatan-kekuatan perusahaan besar untuk memperluas jangkauan mereka ke dalam Eropa Timur dan Rusia supaya dapat memeras profit. Peristiwa tahun 1989-91 menguraikan ikatan tangan-tangan kapitalisme AS dalam gelanggang ini.

Terlibat dipenggabungan kembali dari daerah bekas Uni Sovyet ke dalam kapitalisme dunia adalah penyerapan, oleh perusahaan-perusahaan transnasional Barat yang berukuran raksasa, bilyunan dollar dalam bahan-bahan mentah berharga yang penting sekali untuk kekuatan-kekuatan imperialis. Cadangan-cadangan minyak terbesar yang belum disadap di dunia berlokasi di republik-republik bekas milik Uni Sovyet yang berbatasan dengan Laut Kaspian (Azerbaijan, Kazakhtan, Turkmenistan). Sumber-sumber ini sekarang sedang dibagi-bagi antara negara-negara kapitalis besar. Hal ini merupakan bahan bakar yang menyuap api pembaharuan militerisme dan harus menuju ke perang-perang perebutan baru oleh kekuatan-kekuatan imperialis melawan musuh-musuh setempat, sedemikian juga dengan konflik-konflik yang makin membesar antara imperialis-imperialis itu sendiri.

Ini adalah kunci untuk mengerti sifat kegemaran berperang politik luar negeri AS selama beberapa puluh tahun ini. Pemboman Yugoslavia adalah yang terakhir dari sebuah deretan perperangan ganas yang telah merentangi dunia. Biarpun mereka telah mempunyai motif-motif daerah tertentu, perang-perang ini telah merupakan jawaban AS kepada kesempatan dan tantangan-tantangan yang membuka dengan keruntuhan Uni Sovyet. Washington melihat kekuatan militernya sebagai sebuah kartu kemenangan yang dapat dipakai untuk menjadi unggul atas semua saingan-saingannya dalam perjuangan mendatang untuk sumber-sumber tenaga.

Minyak Kaspia dan perdebatan politik luar negeri baru

“Daerah Kaspia adalah satu dari sumber-sumber tenaga berpotensi terbesar yang masih ada dari minyak dan gas dunia yang belum diusahakan,” menurut salah satu eksekutif Exxon di tahun 1998, menambahkan bahwa daerah itu mungkin akan menghasilkan sebanyak 6 juta barel minyak per hari sampai tahun 2020. Ia mengharapkan industri minyak untuk menginvestasi 300 sampai 500 milyar dollar AS secara sementara untuk mengeksploitasi cadangan-cadangan itu. Departemen Tenaga AS memperkirakan bahwa 163 juta barel minyak dan sampai 337 milyar kaki kubik gas alam dapat ditemukan. Jika perkiraan itu benar, daerah itu akan menjadi sebuah penghasil minyak tanah yang dapat dibanding luasnya dengan Iran atau Irak.

Analis-analis Barat juga mengharapkan daerah Kaspia untuk menjadi sebuah penghasil utama emas dunia. Kazakhstan, dengan 10.000 ton, telah merupakan cadangan kedua terbesar dunia. Perusahaan-perusahaan pertambangan AS, Jepang, Kanada, Inggris, Australia, Selandia Baru dan Israel sudah beroperasi di daerah itu.

Setiap negara-negara kapitalis besar, dan sejumlah kekuatan-kekuatan berkembang daerah telah meletakkan perhatian mereka pada sumber-sumber tenaga ini. Adalah sebuah kesadaran yang tajam di antara kekuatan-kekuatan kapitalis atas pentingnya objektif bercampur tangan, memperluas pengaruh mereka dan melindungi kepentingan-kepentingan mereka dengan merugikan saingan-saingan mereka. Kebutuhan-kebutuhan ini menemukan ekspresi yang berkembang di majalah-majalah politik utama, ceramah-ceramah pemerintah dan tajuk-tajuk rencana.

Di sini perdebatan di dalam kaum elit penguasa AS adalah sangat penting, dan tak menyenangkan. Sejak tahun 1991, sebuah diskusi terus terang telah terjadi di antara ahli-ahli siasat AS terkemuka mengenai tempat baru AS dalam urusan-urusan dunia. Dengan absennya Uni Sovyet, banyak yang menyimpulkan, AS menemukan dirinya sendiri sebagai pemilik dari sebuah dunia “berkutub satu” baru, yang mana ia menikmati, paling tidak untuk sekarang ini, kekuatan yang tak dapat digoyahkan. Apa yang diperdebatan ahli-ahli siasat ini bukan apa, tetapi bagaimana keuntungan ini dapat dipergunakan.

Patut diperhatikan adalah sebuah artikel ditulis oleh Zbigniew Brzenzinski, mantan kepala Keamanan Nasional di bawah Presiden Jimmy Carter, yang diterbitkan dalam terbitan Foreign Affairsbulan September/Oktober 1997. Artikel itu berjudul “Sebuah ilmu strategis untuk Asia”.

“Status Amerika sebagai kekuatan dunia nomor satu tak mungkin ditandingi oleh satu penantang manapun untuk lebih dari sebuah generasi,” tulis Brzenzinski. “Tidak ada negara yang mungkin menandingi Amerika Serikat di empat kunci dimensi kekuatan-militer, ekonomis, teknologi, dan kebudayaan-yang mempengaruhi politik dunia.”

Setelah membangun kekuatannya di Belahan bumi Barat, AS, Brzezinski berdebat, harus berusaha secara terus menerus untuk menembus dua benua, Eropa dan Asia.

“Timbulnya Amerika sebagai satu-satunya kekuatan unggul sekarang membuat sebuah strategi yang tergabung dan luas untuk kepentingan Indo-Eropa.”

“Setelah Amerika Serikat,” tulis Brzenzinski, “enam ekonomi dan pembelanja-pembelanja militer terbesar berikutnya berada di sana, seperti juga semua kecuali satu dari kekuatan-kekuatan nuklir dunia yang jelas, dan semua kecuali satu dari yang tersembunyi. Indo-Eropa bertanggung jawab untuk 75 persen dari populasi dunia, 60 persen dari GNP-nya, dan 75 persen dari sumber-sumber tenaga alam. Secara bersama, kekuatan Indo-Eropa yang masih terpendam dapat mengalahkan milik Amerika.

“Indo-Eropa adalah super benua aksial dunia. Kekuatan yang mendominasi Indo-Eropa akan melaksanakan pengaruh yang menentukan atas dua dari tiga daerah yang secara ekonomi paling produktif, Eropa Barat dan Asia Timur. Sebuah pandangan sekilas pada peta juga memberi kesan bahwa siapa yang berkuasa di Indo-Eropa akan hampir secara automatik mengkontrol Timur Tengah dan Afrika.

“Dengan Indo-Eropa sekarang berfungsi sebagai papan catur politik yang menentukan, ia tidak lagi mencukupi untuk menciptakan satu politik untuk Eropa dan satu lagi untuk Asia. Apa yang terjadi dengan pembagian kekuasaan di benua Indo-Eropa akan berkepentingan yang menentukan bagi keunggulan dunia warisan bersejarah Amerika.”

Karena ia tidak mengharapkan AS untuk mendominasi Indo-Eropa secara sendirian Brzezinski melihat kepentingan Amerika paling baik dijalankan dengan pengambilan sebuah peranan utama, selagi memudahkan sebuah keseimbangan di antara negara-negara besar yang menguntungkan AS. Ia melampirkan sebuah kondisi penting: “Dalam Indo-Eropa yang berubah-ubah, tugas-tugas yang segera adalah untuk memastikan bahwa tidak ada negara atau kombinasi negara yang memperoleh kemampuan untuk memaksa keluar Amerika Serikat atau mengurangi peranan utamanya.” Situasi ini digambarkannya sebagai sebuah hegemoni lunak Amerika.

Brzezinski melihat NATO sebagai kendaraan terbaik untuk mencapai hasil itu. “Tidak seperti hubungan-hubungan Amerika dengan Jepang, NATO mempertahankan pengaruh politik Amerika dan kekuatan politik di daratan Indo-Eropa. Dengan negara-negara sekutu Eropa masih secara tinggi bergantung pada perlindungan AS, perluasan apa saja dari jangkauan politik Eropa adalah secara automatik sebuah perluasan pengaruh AS. Sebaliknya, kemampuan Amerika Serikat untuk menonjolkan pengaruh dan kekuatan mengandalkan persahabatan dekat transatlantik.

“Sebuah Eropa yang lebih lebar dan perluasan NATO akan bermanfaat untuk kepentingan-kepentingan politik AS jangka pendek dan jangka panjang. Sebuah Eropa yang lebih besar akan meluaskan jajaran pengaruh Amerika tanpa secara serentak menciptakan sebuah Eropa yang secara politik bersatu dan sanggup menantang Amerika Serikat dalam soal-soal yang berkepentingan politik, terutama sekali di Timur Tengah.”

Seperti yang disarankan oleh baris-baris ini, peranan NATO di Yugoslavia, di mana ia (NATO) telah melakukan aksi serangan militer untuk pertama kali sejak kelahirannya, adalah secara jelas dilihat di lingkaran penguasa AS sebagai sebuah langkah yang akan mempertinggi posisi dunia Amerika. Pada waktu yang sama, ekspansi NATO ke dalam Polandia, Hungaria dan Republik Czech adalah merupakan perluasan pengaruh AS yang berhasil di Eropa dan seluruh dunia.

Perspektif Brzezinski pada daerah ini tidaklah secara keseluruhannya baru. Ia telah membangkitkan kembali, dalam sebuah bentuk yang disesuaikan untuk penggunaan oleh AS di bawah kondisi sekarang ini, strategi ilmu politik yang tradisional dari imperialisme Inggris, yang telah lama mencoba untuk melindungi kepentingannya di Eropa dengan memainkan satu saingan di benua itu terhadap yang lainnya.

“Strategi Indo-Eropa” modern yang pertama untuk mendominasi dunia telah dirincikan di Inggris. Mendahului Brzezinski, strategi imperialis Halford Mackinder, di sebuah naskah tahun 1904 “poros geografi sejarah,” mempertahankan bahwa benua Indo-Eropa dan Afrika, yang secara bersama diistilahkannya “pulau dunia,” adalah sangat menentukan untuk mencapai kekuasaan dunia. Menurut Mackinder, halangan-halangan yang telah mencegah kerajaan-kerajaan dunia sebelumnya, terutama sekali keterbatasan di transportasi, telah sebagian besar ditanggulani pada permulaan dari abad kedua puluh menciptakan panggung untuk sebuah perebutan di antara kekuatan-kekuatan besar untuk mendirikan sebuah dominasi dunia. Kuncinya, menurut Mackinder, berada di kontrol dari “daerah pusat” wilayah benua Indo-Eropa-dibatasi secara kasar oleh Volga, Yangtze, Artik dan Himalaya. Ia menyimpulkan strateginya sebagai berikut: “Siapa yang menguasai Eropa timur memimpin daerah pusat; siapa yang menguasai daerah pusat memimpin pulau-dunia; siapa yang menguasai pulau-dunia memimpin dunia.”

Meskipun anggapan-anggapan yang kemudian dikritik oleh komentator-komentator burjuis, tulisan-tulisan Mackinder, seperti Brzezinski hari ini , diikuti secara teliti oleh negarawan-negarawan besar waktu itu dan mempunyai pengaruh yang dalam di konflik-konflik kekuatan-kekuatan besar yang membentuk separuh awal abad ini.

Untuk kedua alasan strategi dunia dan kontrol atas sumber-sumber tenaga alam, AS memutuskan untuk menjamin bagi dirinya sendiri sebuah peranan yang kuat di bekas lingkungan Uni Sovyet. Jika musuh-musuhnya yang mana saja-atau kombinasi dari musuh-musuh itu-secara berhasil menantang keunggulan AS di daerah ini, itu akan mempertanyakan posisi AS dalam masalah-masalah dunia. Masyarakat politik di AS benar-benar sadar akan kenyataan ini.

Rencana-rencana Washington untuk dominasi politik Asia Tengah

Dewan Komite Hubungan-hubungan Internasional AS telah mulai mengadakan ceramah-ceramah pada kepentingan-kepentingan strategis daerah Kaspia. Pada sebuah pertemuan di bulan Februari 1998, Doug Bereuter, ketua komite, membuka dengan memanggil kembali konflik-konflik kekuatan-kekuatan besar atas Asia Tengah selama abad kesembilan belas, yang diberikan julukan “permainan besar.”

Dalam pertandingan kekuasaan, Bereuter mencatat, Rusia dan Inggris bertempur dalam sebuah perebutan kekuasaan dan pengaruh yang panjang. Runtuhnya Uni Sovyet telah menciptakan sebuah “permainan besar” yang baru, di mana kepentingan-kepentingan Perusahaan-perusahan Perdagangan India Timur telah digantikan oleh Unocal dan Total, dan banyak organisasi-organisasi dan perusahan-perusahaan lainnya.”

Tujuan-tujuan politik AS yang telah ditetapkan mengenai sumber-sumber energi di daerah ini,” lanjutnya, “termasuk membantu kemerdekaan negara-negara dan hubungan mereka dengan Barat; memecahkan monopoli Rusia atas rute-rute pengangkutan minyak dan gas; mengembangkan keamanan energi Barat melalui leveransir-leveransir berbeda; mendorong pembangunan timur-barat saluran pipa yang tidak melintasi Iran; dan menyangkal pengaruh berbahaya Iran atas ekonomi-ekonomi Asia Timur.”

Seperti yang komentar-komentar Bereuter usulkan, Washington meramalkan konflik besar dengan kekuatan-kekuatan daerah dalam mengejar kepentingan-kepentingannya. Jika banyak perselisihan telah pada awalnya diwujudkan dalam memperoleh jalan masuk ke minyak Kaspia, sebuah kesulitan yang lebih besar telah timbul di siasat-siasat untuk membawanya ke pasar-pasar Barat.

Ketika puluhan milyar di transaksi-transaksi produksi minyak telah ditanda tangani oleh perusahaan-perusahaan minyak Barat, masih belum ada sebuah persetujuan pada rute dari saluran pipa ekspor utama. Untuk alasan-alasan yang dikutip oleh Bereuter, Washington secara tegas menghendaki sebuah jalan timur-barat untuk menghindari Iran dan Rusia.

Ini adalah sebuah hal yang sangat penting di tingkat yang tertinggi dalam pemerintah AS. Musim gugur yang lalu, Menteri Energi Bill Richardson mengatakan pada Stephen Kinzer dari koran harian New York Times, “Kami berusaha untuk memindahkan negara-negara merdeka yang baru ini ke arah Barat. Kami ingin melihat mereka tergantung pada perniagaan dan kepentingan-kepentingan politik Barat daripada menuju jalan lain. Kami telah membuat investasi politik yang besar di Kaspia dan sangat penting bagi kami adalah bahwa peta saluran pipa dan politik kedua-duanya berhasil benar.”

Sejumlah strategis telah berdebat untuk sebuah politik AS yang ganas di daerah itu. Salah satunya adalah, Mortimer Zuckerman, redaktur dari US News & World Report, yang memperingatkan di bulan May 1999 kolom bahwa sumber-sumber tenaga Asia Tengah mungkin akan kembali ke bawah kendali Rusia atau sebuah persekutuan yang dipimpin Rusia, sebuah hasil yang dinamakan “situasi mimpi buruk.” Ia menulis, “Kami lebih baik menyadari bahaya-bahaya itu, atau suatu hari kepastian-kepastian pada mana kita dasarkan kemakmuran kita akan tidak ada lagi.

“Daerah Rusia yang menonjol-Jembatan antara Asia dan Eropa sebelah timur Turki-berisi sebuah potensi yang sangat berharga dalam bentuk kekayaan minyak dan gas dari Laut Kaspia, yang bernilai sampai 4 trilyun, yang dapat memberi Rusia kekayaan dan kesempatan strategis.”

Zuckerman menasihatkan bahwa konflik baru diberi nama “Permainan terbesar.” Istilah superlatif ini lebih cocok karena konflik hari ini mempunyai akibat-akibat “meliputi seluruh dunia dan tidak hanya bersifat kedaerahan”. Rusia menyediakan payung nuklir untuk sebuah persekutuan minyak baru yang termasuk Iran dan Irak, mungkin dapat membuat harga tenaga lebih tinggi, cukup untuk memperkuat para penghasil dan mengancam Barat, Turki, Israel dan Arab Saudi. Dalam kata-kata Paul Michael Wihbey, dalam sebuah analisis yang bermutu untuk Institut Penyelidikan Strategis dan Politis Tingkat Tinggi (Institute for Advanced Strategic dan Political Studies), ‘skenario mengerikan dari pertengahan 1970 akan muncul lagi dengan kekuatan baru.”'

Direktur dari sebuah pusat badan penasehat AS secara terus terang membeberkan implikasi-implikasi militer dari kepentingan-kepentingan baru di daerah itu. Di sebuah dokumen tahun 1998, Frederick Starr, kepala dari Institut Asia Tengah-Caucasus di Universitas John Hopkins, menunjukkan bahwa separuh negara-negara NATO mempunyai sebuah pertaruhan dagang di Kaspia. Ia kemudian menambahkan bahwa “kemungkinan keuntungan-keuntungan ekonomi dari sumber-sumber tenaga Kaspia akan menarik kekuatan militer Barat untuk melindungi penanaman modal itu jika diperlukan.”

Kemungkinan sebuah konflik militer diantara satu atau lebih dari negara-negara NATO dan Rusia bukan hanya sebuah spekulasi. Starr menulis: "Tidak ada negara manapun yang keanggotaan NATOnya-secara tekun sekali diinginkan daripada Azerbaijan yang kaya akan sumber-sumber tenaga, dan tidak ada di manapun kemungkinan konflik dengan Federasi Rusia lebih tinggi seperti seperti atas ekspor sumber-sumber tenaga Azeri." Di tahun 1998 negara itu mengambil bagian dalam semua 144 latihan-latihan "Persekutuan untuk Perdamaian" NATO.

Alasan untuk perang yang diberikan dalam kampanye saat ini melawan Yugoslavia dapat secara mudah digunakan lagi jika lingkaran penguasa AS memutuskan untuk bercampur tangan secara militer di Asia Tengah. Ada banyak konflik-konflik etnis di hampir setiap negara di sana. Tiga negara di mana Washington ingin melihat saluran pipa ekspor utama adalah dalam hal ini contoh yang bagus. Di Azerbaijan, konflik militer dengan rakyat Armenia telah berlanjut lebih dari sedasawarsa. Tetangganya, Georgia telah kadang-kadang melihat perperangan antara pemerintah dan gerakan separatis di Abkhazia. Akhirnya, Turki, yang akan menjadi tuan rumah terminal saluran pipa itu, , telah menjalankan sebuah kampanye penindasan yang berlarut-larut melawan masyarakat Kurdis minoritas negara itu, yang berkuasa di daerah-daerah di bagian tenggara negara itu di mana saluran pipa yang didukung oleh AS akan melalui.

Pendapat ini tidak diacuhkan oleh pemerintah AS sekarang ini. Dalam sebuah pidato ke redaktur-redaktur koran AS bulan lalu, Clinton menyatakan bahwa kekacauan etnis Yugoslavia adalah jauh dari merupakan sesuatu yang unik. “Kebanyakan negara-negara bekas Uni Sovyet menghadapi sebuah tantangan yang mirip," katanya, "termasuk Ukraine dan Moldova, Rusia selatan, negara-negara Kaukasus Georgia, Armenia, dan Azerbaijan, negara-negara baru Asia Tengah.” Dengan pembukaan dari daerah-daerah ini, menurutnya, “kemungkinan untuk konflik etnis telah menjadi, mungkin, ancaman terbesar kepada apa yang di antara kita lihat sebagai kepentingan-kepentingan yang paling kritis: transisi dari bekas negara-negara komunis menuju kestabilan, kemakmuran dan kebebasan.”

Rangkaian perang mendatang

Tetapi sikap ganas diambil oleh AS dalam percampuran tangan di Yugoslavia dan kemungkingan dari penembusan Amerika ke daerah Kaspia di masa depan tidak akan diterima dengan sikap ketidakacuhan oleh seluruh dunia.

Kemungkinan untuk sebuah konflik dengan Rusia, yang sekarang menjadi jelas, telah sebenarnya meningkat selama 10 tahun lalu. Demikian juga dengan kemungkinan dari sebuah perselisihan besar di antara AS dan satu atau lebih kekuatan-kekuatan Eropa. Kaum burjuis Eropa tidak akan puas untuk selamanya menerima sebuah status bawahan kepada AS. Posisi mereka akan secara terus menerus terkikis pada saat AS berusaha untuk menggunakan keuntungannya. Tanpa dapat dielakkan lagi, konflik-konflik akan berkembang atas bagaimana barang-barang rampasan dari Asia Tengah dan Eropa Timur akan dibagi di antara AS, Jerman, Perancis, Inggris dan Italia.

Barusan ini redaktur-redaktur Eropa dan politikus-politikus telah memprotes berkembangnya keterlibatan AS di masalah-masalah keamanan Eropa dan dorongannya untuk perluasan NATO. Apa yang harus mereka lakukan terhadap rencana-rencana AS, seperti yang diuraikan oleh Brzenzinski, untuk sebuah perluasan kekuasan AS secara besar-besaran ke dalam Eropa dan Asia?

Ketegangan-ketegangan karena itu telah kelihatan jelas. Percampuran tangan militer di Yugoslavia datang di tengah sebuah tahun perkembangan konflik-konflik dagang antar-Atlantik. Kekuatan-kekuatan Eropa, selain itu, telah lama mencari sebuah jalan untuk mengurangi peranan besar AS di perdagangan dunia, mendirikan sebuah penyatuan moneter dan menciptakan euro untuk menandingi dollar sebagai cadangan mata uang dunia. Lebih dari itu, kekuasan utama di persatuan moneter Eropa, Jerman, telah mempunyai pertaruhan dagang yang besar di Eropa Timur dan Rusia. Kemungkinan konflik antara AS-Rusia dan ketidakstabilan di Moskwa meletakkan posisinya dalam bahaya.

Lebih lanjut konflik AS-jepang juga akan mengikuti. Bangsa pulau, sebuah pengimpor minyak besar, telah mempunyai kepentingan mereka sendiri di daerah Kaspia dan tidak kekurangan perselisihan dagang dengan Amerika Serikat. Selama AS melihat sebuah peranan militer yang lebih besar sebagai kunci dari kesuksesannya di Asia Tengah, tuntutan-tuntutan akan dikemukakan oleh lingkaran penguasa di Jepang untuk mengakhiri pembatasan-pembatasan yang diletakkan sehabis Perang Dunia Kedua atas ukuran dan keluasan kekuatan militernya.

Konflik terbuka di antara AS dan Cina tidak dapat dihindarkan lagi. Cina, sebuah negara yang secara sejarah merupakan negara tertindas tertindas dan bukan sebuah kekuatan imperialis, adalah, bagaimanapun, telah berjalan jauh pada menuju pemulihan kapitalisme dan menginginkan untuk menjadi sebuah kekuatan ekonomi daerah yang besar.

Sebuah perkembangan seperti itu, sebagaimana histeria anti-Cina yang di koran-koran AS mengungkapkan, ditolak secara keras oleh sebagian besar dari elit penguasa Amerika. Peluasan pengaruh AS di Asia Tengah merupakan sebuah ancaman langsung dan segera untuk Cina karena, di antara faktor-faktor lainnya, perluasan ekonomi Cina adalah secara langsung tergantung pada jalan masuk ke minyak tanah. Kebutuhan minyaknya diperkirakan akan bertambah hampir dua kali lipat pada tahun 2010, yang akan memaksa negara itu untuk mengimpor 40 persen dari keperluannya, naik dari 20 persen di tahun 1995.

Karena ini, Cina telah menunjukkan minat terhadap sebuah saluran pipa yang akan mengangkut minyak Kaspia ke arah timur dan menandatangani, di tahun 1997, sebuah transaksi bernilai 4.3 milyar dollar untuk mendapatkan 60 persen pemilikan dalam fasilitas minyak Kazakhtan. AS tanpa keraguan akan mencari untuk mengurangi kegiatan-kegiatan Cina di daerah ini.

Di seluruh dunia, pemerintah-pemerintah takut bahwa mereka dapat saja menjadi sasaran yang berikutnya dari aksi militer, jika mereka melawan tuntutan-tuntutan AS. Kekhawatiran ini hampir tidak terbatas hanya pada negara-negara yang lebih kurang berkembang di daftar musuh-musuhnya AS. Anda dapat memastikan bahwa Paris dan Berlin benar-benar gelisah tentang tujuan-tujuan AS di Eropa dan bahwa Pentagon telah mempunyai rencana-rencana untuk perang dengan Perancis dan Jerman yang dapat secara cepat digunakan.

Kedua negara ini digunakan sebagai contoh untuk maksud penting lain. Tidak setiap konflik masa depan AS akan menjadi satu sisi seperti sekarang ini. Washington akan sebelum lama menemukan dirinya sendiri dalam sebuah perang dengan sebuah musuh yang dapat melawan.

Daerah Asia Tengah, yang secara strategis penting dan kaya dengan sumber-sumber alam, tidak akan secara damai dibagi di antara kekuatan-kekuatan imperialis dunia yang besar ketika sedang kembali disatukan ke dalam struktur kapitalisme dunia. Seperti yang ditulis Lenin di tahun 1915, berbicara tentang pembagian negara-negara kolonial oleh kekuatan-kekuatan imperialis: "Satu-satunya dasar yang mungkin di bawah kapitalisme untuk membagi lingkungan pengaruh, kepentingan-kepentingan, koloni-koloni, dan sebagainya, adalah sebuah kalkulasi dari kekuatan mereka yang mengambil bagian, ekonomi umum mereka, kekuatan keuangan militer, dan lain-lain. Dan kekuatan dari mereka yang ikut serta di pembagian itu tidaklah berubah menjadi sebuah tingkat yang sama, lebih-lebih untuk pembangunan dari pengusahaan yang berbeda, konglomerasi-konglomerasi, bidang-bidang industri, atau negara-negara yang tidaklah mungkin terjadi di bawah kapitalisme. Setengah abad yang lalu Jerman merupakan sebuah negara kecil yang tidak penting dibandingkan dengan Inggris pada waktu itu; Jepang dibandingkan dengan Rusia dalam hal yang sama. Apakah 'mungkin' bahwa dalam waktu sepuluh atau dua puluh tahun' kekuatan relatif kekuatan-kekuatan imperialis tidak akan berubah? Hal itu tidak dapat dipertanyakan."

Memperbarui penilaian Lenin dengan menggantikan kekuatan-kekuatan yang sekarang memimpin dengan yang dari tahun 1915 menimbulkan pertanyaan: Dapatkah AS, Eropa dan Jepang bagaimanapun berhasil secara damai menerima soal-soal seperti pemberian minyak dan kontrak-kontrak pembangunan yang bernilai trilyunan dollar, pembentukan persetujuan-persetujuan dagang, dan pendirian pakta-pakta militer? Tidak ada jawaban setuju yang mungkin.

Kekuatan-kekuatan besar juga akan berusaha untuk mengambil keuntungan dari konflik-konflik setempat. Perkembangan permusuhan-permusuhan setempat akan ditingkatkan, bukan dilemahkan, ketika Asia Tengah dipersatukan ke dalam sistem produksi dan perdagangan dunia. Sedangkan pembiayaan Barat untuk projek-projek besar bertambah, pertaruhan-pertaruhan di konflik-konflik etnis daerah akan menghebat. Ketika penguasaan daerah membawa dengannya milyaran dollar hasil ekspor minyak, perselisihan hanya akan menjadi lebih sengit.

Konflik di Abkhazian di wilayah Georgia telah menghentikan pembangunan saluran pipa lebih dari satu kali. Lebih dari itu, penembusan oleh kapital Barat telah disertai oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan pengetatan ikat pinggang yang dituntut oleh IMF. Perubahan-perubahan ini telah lebih lanjut memiskinkan majoritas orang-orang Asia Tengah dan memperkaya beberapa. Seperti Rusia, Kaspia dan republik-republik Caucasus telah melihat penciptaan golongan "Kazakhs Baru," "Aseris Baru," dsb., yang sangat kaya, tetapi berjumlah sedikit biarpun jumlah keseluruhan penghasilan dan kekayaan telah turun sejak tahun 1991.

Perkembangan-perkembangan ini menandakan sebuah pembagian baru dunia, yang akan diputuskan oleh kekuatan-kekuatan imperialis utama dan didukung oleh kekuatan militer mereka. Konflik-konflik militer mendatang akan terjadi di sebuah daerah di dunia yang lebih mudah meletus daripada daerah Balkan. Semua lawan-lawan besar memiliki senjata-senjata nuklir, menaikkan kemungkinan konflik imperialis besar yang ketiga dalam waktu seabad, dengan kemungkinan kehancuran dan kehilangan hidup manusia dengan skala yang lebih besar daripada kedua perang pertama digabung.

Implikasi dari pemboman Yugoslavia

Inilah arti dari aksi militer melawan Yugoslavia sekarang ini dan perkembangan militerisme secara umumnya. Kosovo adalah tanah percobaan untuk perang-perang yang akan datang di bekas wilayah Uni Sovyet.

Perang ini adalah, pada waktu yang sama, merupakan sebuah ungkapan dari kontradiksi-kontradiksi sangat besar dalam negara-negara imperialisme. Ketegangan-ketegangan sosial yang mendasari hal ini akan di diperburuk oleh perang itu sendiri. Seluruh abad kedua puluh telah menunjukkan bahwa masa-masa perampokan imperialisme sudah pasti disertai oleh sebuah peningkatan konflik-konflik sosial dalam pusat-pusat metropolitan imperialisme.

Struktur-struktur sosial dalam AS dan negara-negara Eropa Barat telah dikoyak oleh kontradiksi-kontradiksi kelas yang hebat. Dua abad lalu telah menyaksikan sebuah polarisasi materiil yang mendalam di negara-negara ini. Sebuah lapisan kecil menikmati derajat kekayaan yang belum pernah dilihat sebelumnya dalam sejarah. Lapisan besar populasi sisanya hidup dalam derajat kegelisahan ekonomi yang berbeda-beda, penderitaan dan dalam sebagian besar lapisan itu, kesengsaraan dan kemiskinan yang dalam. Segala tanda-tanda menunjuk ke penerusan, juga pelajuan dari kecenderungan-kecenderungan dasar ini.

Konflik-konflik sosial telah mengambil sebuah bentuk yang tak biasa dalam mana mereka tetap tidak mempunyai ungkapan politik. Amerika Serikat memberikan kesan sebuah masyarakat pada ambang gangguan urat syaraf. Kehidupan umum disela dengan pecahnya kekerasan oleh anak-anak sekolah yang telah membuat negara itu terperangah. Tidak ada penjelasan, yang melebihi yang sangat dangkal, yang telah diajukan oleh pejabat-pejabat atau ahli-ahli untuk peledakan-peledakan tingkah-tingkah kekerasan anti-sosial ini. Dalam cara mereka sendiri, bagaimanapun juga, mereka memberikan kesaksian atas kebrutalan dari kehidupan Amerika jaman sekarang dan antagonisme tertindas yang terletak hanya di bawah permukaan.

Hal ini menganjurkan sebuah motif tambahan lagi untuk pemboman Yugoslavia. Bapak pembuatan politik imperialis pada akhir abad lalu, Cecil Rhodes, menulis keuntungan sosial-psikologis dari militerisme yang ganas dalam menyediakan sebuah jalan keluar untuk tekanan-tekanan sosial yang telah tertumpuk dalam negara-negara imperialisme itu sendiri. Di samping dari kepentingan ekonomi langsung dan tidak langsungnya di konflik sekarang ini, kaum burjuis Amerika melihat kesempatan untuk melampiaskan frustasi yang terpendam dan penderitaan pada sebuah sasaran luar.

Pada waktu yang sama, mereka mengetahui keterbatasan dari pengalihan perhatian seperti itu dan sudah merencanakan untuk membentuk lebih lanjut politik dalam negeri yang sesuai dengan ambisi-ambisi imperialis mereka. Negara itu akan terus menerus dijadikan sebagai garnisun berteknologi tinggi, di mana sebagian besar pengeluaran belanja umum akan dicurahkan untuk tujuan-tujuan militer di luar negeri. Program-program sosial akan secara meningkat digantikan oleh penindasan-penindasan dalam negeri yang terbuka. Tindakan-tindakan dasar ini akan ditiru di negara-negara imperialis besar lainnya.

Sedangkan untuk hak-hak demokratis, mereka jauh dari aman. Sikap sebenarnya dari kaum elit penguasa tentang hal ini telah diungkapkan jauh lebih jelas di aksi-aksinya dalam perang sekarang ini, seperti ketika mereka membom statiun-statiun televisi Serbia dan mengancam untuk menutup Internetnya, daripada dalam semua jaminan-jaminan hukum resmi dan deklarasi-deklarasi umum mereka.

Dalam kekecewaan pejabat-pejabat pemerintah, pembesar-pembesar militer dan media, majoritas rakyat di negara-negara NATO tidaklah keranjingan demam perang. Pencinta tanah air hari-hari ini adalah terbatas secara umumnya dalam badan-badan politik resmi. Perasaan rakyat secara umumnya adalah kebingungan dan kegelisahan. Selama perasaan ini tidak berkembang menjadi oposisi yang terorganisir terhadap perang ini, itu dihasilkan secara majoritas oleh proses peninggalan politik rakyat oleh organisasi-organisasi kepada mana mereka sebelumnya mempunyai kesetiaan.

Perang ini telah mengungkapkan kebangkrutan yang menyeluruh dari partai-partai politik yang ada yang pernah dulu mengajukan diri sebagai pejuang-pejuang untuk kelas pekerja dan sosialisme. Dari partai-partai demokratik sosial, Partai Buruh dan partai-partai stalinis telah muncul tidak hanya pendukung-pendukung, tetapi pemimpin-pemimpin, dari perang ini. Kepada pengamat yang lebih berpengalaman, hal ini tidak datang sebagai sebuah kejutan. Organisasi-organisasi seperti itu telah lama menunjukkan pengabdian politik mereka pada sistem pasar dan bisnis-bisnis besar dan telah disatukan dengan aparat imperialisme. Perang ini telah mengungkapkan hanya kesempurnaandari proses kebusukan politik mereka. Di mana dulunya mereka merupakan halangan untuk tuntutan-tuntutan politik dan ekonomi kapital, biarpun bukanlah sebuah alternatif sosialis yang sebenarnya dari imperialisme, sekarang mereka adalah secara lengkap merupakan partai-partai burjuis sayap kanan.

Perang ini telah menerangi segi lain-yang mungkin dapat digambarkan lebih baik sebagai sebuah "kehampaan"-di arena politik yaitu tidak adanya sebuah kelompok cendekiawan yang kritis dalam hal-hal sosial dan rela mengorbankan diri mereka sendiri. Hampir tidak ada sama sekali kritik dari kaum akademis atas argumen-argumen dan perkiraan-perkiraan yang telah disajikan sebagai alasan untuk perang ini. Dalam mana suara-suara cendekiawan yang berbeda pendapat terdengar, mereka datang selalu dari sayap kanan, menuntut sebuah politk yang lebih ganas. Hilang, mungkin juga dari ingatan, adalah hari-hari protes, pengajaran di kampus dan penelitian yang mendalam hal-hal yang diajukan oleh negara.

Bagaimanakah situasi ini timbul? Banyak yang dapat dipelajari dari perubahan politik mirip yang terjadi di permulaan dari abad kedua puluh. Pecahnya perang di tahun 1914 menyaksikan seluruh lapisan dari birokrasi partai buruh dan partai demokrasi sosial memberikan dukungan politik ke kelas burjuis dalam setiap negara. Partai-partai dan pemimpin-pemimpin politik yang telah secara resmi mengesahkan oposisi politik terhadap perang imperialis itu menanggalkan azas-azas mereka, memilih untuk memberikan kredit perang (pembiayaan perang), dan bersikeras bahwa kelas buruh harus membela negara. Bencana besar yang merupakan akibat-akibat dari keputusan mereka, yang jatuh paling berat atas kaum buruh Eropa, adalah sangat terkenal.

Lenin melihat penerangan secara materialis untuk kejadian ini dalam proses pengkorupsian sebagian dari pejabat-pejabat serikat buruh dan para pemimpin partai demokrasi sosial oleh imperialisme. Pemerasan brutal dari koloni-koloni dan pencurian dari sumber-sumber alam mereka memungkinkan kaum burjuis Eropa untuk membagi barang-barang rampasan yang banyak itu dengan pemimpin-pemimpin resmi kaum buruh untuk membeli persetujuan mereka kepada perintah-perintah imperialisme.

Sebuah perwujudan yang dapat disamakan telah terjadi dalam waktu yang baru lalu. Seluruh lapisan yang telah diradikalisasikan oleh pengalaman-pengalaman Vietnam, peristiwa-peristiwa Mei-Juni 1968 di Perancis dan konflik-konflik militan buruh di akhir 1960an dan permulaan 1970an telah menanggalkan, selama dua dasawarsa lalu, oposisi mereka ke imperialisme dan menggambungkan diri mereka sendiri ke dalam kehidupan kelas menengah. Dari bekas-bekas radikal ini, banyak yang melihat kekayaan materiil mereka melangit dengan naiknya pasaran saham di tahun 1990an.

Proses pemerkayaan ini, tentu saja, tidak terbatas untuk mereka yang mempunyai sejarah politik-politik radikal. Seperti yang terurai di atas, sebuah lapisan kecil, dalam istilah-istilah persentase, telah menjadi kaya, tetapi ini merupakan sejumlah individu-individu yang besar. Satu persen penduduk AS memiliki empat puluh persen dari kekayaannya. Ini membicarakan standar kehidupan tingkat sangat tinggi dinikmati oleh lebih daripada 2.5 juta orang. Di bawah mereka, sebuah tambahan 10 sampai ke 20 persen dari populasi telah melihat keuntungannya tumbuh banyak sekali selama 20 tahun terakhir ini. Angka-angka yang mirip dapat diuraikan untuk negara-negara kapitalis besar lainnya.

Dari lapisan yang kaya inilah pemimpin-pemimpin politik dari semua partai-partai resmi, media dan sejumlah akademik yang tidak sedikit, ditarik. Penumpukan kekayaan telah memberikan semen-semen politik yang memegang kampanye perang itu menjadi satu dan membantu tuntutan-tuntutan untuk perluasannya di antara para elit penguasa.

Perkembangan ekonomi yang cepat dari Wall Street, bagaimanapun, telah merupakan sebuah proses bermuka dua. Melangitnya harga-harga saham telah menuntut pengangkatan sebuah rezim austeritas (austerity) yang baru, yaitu “kelenturan buruh” (yaitu ketidakamanan perkerjaan) dan meningkatnya pemerasan populasi buruh di pusat-pusat imperialis dan di seluruh dunia. Seperti munculnya orang kaya baru ( nouveau riche) di tahun 1980an dan 1990an menciptakan sebuah kelompok pendukung baru untuk imperialisme, itu juga telah menciptakan sebuah pendengar yang jauh lebih besar untuk gerakan anti-kapitalis dan anti-imperialis di antara kelas buruh internasional. Tumbuhnya kaum proletar dunia; penurunan standar-standar kehidupan di hampir semua negara-negara maju; pemiskinan sebagian besar dari Asia, Afrika dan Amerika Latin; dan menurunnya luangan untuk orang-orang muda secara objektif menuju ke sebuah gerakan perubahan revolutioner sosial.

Panggungnya telah diciptakan untuk transformasi dari kemampuan objektif ini ke dalam sebuah kekuatan politik yang sadar. Apa yang dibutuhkan hari ini, di atas segalanya, adalah perjuangan untuk sosialisme di antara buruh-buruh, cendekiawan-cendekiawan dan orang-orang muda yang akan membentuk inti dari sebuah gerakan revolutioner seperti itu. Kebingungan antara Marxisme dan kebalikan reaksionernya, Stalinisme, harus dijelaskan melalui pendidikan politik. Sebuah perlawanan harus di ambil terhadap semua ideologi-ideologi yang secara langsung atau tidak langsung bekerja untuk mengabadikan sistem sekarang ini. Usaha-usaha ini harus menemukan ekspresi dalam pembangunan sebuah partai politik sosialis tergabung dari kelas buruh internasional.

Untuk tujuan inilah World Socialist Web Site, suara dari Komite Internasional dari Internasional Keempat, diabdikan.

Loading